Kamis, 16 Mei 2013

Strategi Dalam Pembelajaran



PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH:
Kelompok       : 8
Nama                           : 1. Dewi Purnamawati      (2011 133 348)
                                      2. Mentari                       (2011 133 349)
                                      3. Pupu Purnama Sani     (2011 133 350)
                                      4. Heni Karliza                (2011 133 351)
                                      5. Eulis Kurniati               (2011 133 353)      
Kelas                           : 4 H
Program Studi             : FKIP Geografi
Jurusan                        : IPS
Mata Kuliah                : Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengasuh          : Dra. Hj. Rustiati, M.Pd
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2011/2012



KATA PENGANTAR

            Bismillahir Rahmaanir Rahiim
Alhamdulillahirabbil’alamiin washolaatu wassalamu ‘ala’asyrofil’anbiyaaki walmursaliina sayyidinaa Muhammad wa’ala alihi washobihi ajmaiin.
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas terlaksananya pembuatan makalah “Pendekatan Dalam Pembelajaran“ yang disusun oleh kelompok delapan dalam pengerjaan tugas bidang studi Strategi Belajar Mengajar sebagai usaha dalam peningkatan pengetahuan serta melatih keaktifan mahasiswa / mahasiswi dalam berlangsungnya proses belajar mengajar.
            Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat  bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rustiati, selaku  dosen pembimbing mata kuliah Strategi Belajar Mengajar, anggota kelompok penyusunan makalah, serta mahasiswa/I kelas 4H yang secara langsung atau tidak langsung menuangkan ide atau inspirasi dalam penyusunan makalah ini.
            Kegiatan penyusunan makalah ini merupakan tugas pelatihan kelompok, yang masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan kemampuan kelompok, maka penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah yang kami buat ini.
                                                                       


            Palembang,  April 2013



            Kelompok Delapan







DAFTAR ISI

Kata Pengantar

BAB I.   Pendahuluan
1.1. Latar belakang ……………………………………………………………………….…1
1.2. Rumusan masalah …………………………………………………………………….…1
1.3. Tujuan …………………………………………………………………………………..2
1.4. Manfaat …………………………………………………………………………………2

BAB II.  Pembahasan
2.1. Pengertian Pendekatan CBSA ……………………………………………………..……3
2.2. Rasionalisasi CBSA dalam Pembelajaran ……………………………………………......3
2.3. Kadar CBSA dalam Pembelajaran ………………………………………………….......4
2.4. Rambu-Rambu Penyelenggaraan CBSA ………………………………………………...5
2.5. Pendekatan Keterampilan Proses
       Sebagai Bagian dari CBSA …………………………………………………………….6
2.6. Macam-Macam Pendekatan Siswa …………………………………………………….6
2.7. Posisi Guru Siswa dalam Pengolahan Pesan ………………………………………….....7
2.8. Kemampuan yang Akan Dicapai dalam Pembelajaran ………………………………......7
2.9. Berbagai Pendekatan dalam Belajar Mengajar ……………………………………….....8
BAB III.  Penutup
3.1. Kesimpulan ……………………………………………………………………………11
3.2. Kritik ……………………………………………………………………………...…..11
3.3. Saran ……………………………………………………………………………….....11

Daftar Pustaka




BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
             Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi dalam belajar adalah bagaimana cara guru dapat meningkatkan motivasi belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam sebuah pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator.
            Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai fasilitator, guru berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui pendekatan -  pendekatan yang dilakukan. Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa ialah bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
            Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Maka sangat penting dilakukannya pendekatan dalam pembelajaran agar dapat memahami setiap karakteristik anak didik yang berbeda-beda.

1.2    Perumusan Masalah
            Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai “Pendekatan Dalam Pembelajaran” yaitu :
  1. Jelaskan Pengertian Pendekatan CBSA ?
  2. Apa yang dimaksud Rasionalisasi CBSA dalam Pembelajaran?
  3. Jelaskan Kadar CBSA dalam Pembelajaran?
  4. Apa saja Rambu-Rambu Penyelenggaraan CBSA tersebut ?
  5. Jelaskan Pendekatan Keterampilan Proses Sebagai Bagian dari CBSA?
  6. Sebutkan Macam-Macam Pendekatan Siswa ?
  7. Bagaimana Posisi Guru Siswa dalam Pengolahan Pesan ini ?
  8. Jelaskan Kemampuan yang Akan Dicapai dalam Pembelajaran ?
  9. Jelaskan Berbagai Pendekatan dalam Belajar Mengajar ?

1.3    Tujuan
a.       Menginformasikan kepada pembaca mengenai pendekatan dalam pembelajaran.
b.      Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar dan pebelajaran.

1.4  Manfaat
Semoga makalah ini dapat bermanfat dalam belajar dan menjadi sumber inspirasi bagi para pembaca untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Sebagai khasanah pustaka di perpustakaan. Untuk menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca.

 


BAB II
PEMBAHASAN

PENDEKATAN CBSA dan PENDEKATAN KETERAMPILAN
PROSES DALAM PEMBELAJARAN

2.1 Pengertian Pendekatan CBSA
Setiap proses pembelajaran pasti menampakkan keaktifan orang yang belajar atau siswa. Adanya kenyataan ini, menyebabkan sulitnya mendefinisikan pengertian pendekatan CBSA secara tepat. Kepastian adanya keaktifan siswa dalam setiap proses pembelajaran, memberikan kepastian kepada kita bahwa pendekatan CBSA bukanlah suatu hal yang dioktomis. Hal ini berarti, setiap peristiwa pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru dapat dipastikan adanya penerapan pendekatan CBSA dalam peristiwa pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan fisikis yang sulit diamati. Berdasarkan uraian dalam penjelasan sebelumnya, dapatlah disimpulkan mengenai pengertian pendekatan CBSA. Di mana pendekatan CBSA dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan.

2.2 Rasionalisasi CBSA dalam Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran masih tampak adanya kecenderungan meminimalkan peran dan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa lebih banyak berperan dan terlibat secara pasif, mereka lebih banyak menunggu sajian dari guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang mereka butuhkan. Keadaan seperti ini mengakibatkan sulit tercapainya tujuan pendidikan dasar yakni meletakan dasar yang dapat dipakai sebagai batu loncatan untuk menggapai pendidikan yang lebih tinggi, disamping kemampuan dan kemauan untuk belajar terus-menerus sepanjang hayatnya.
Untuk menjawab permasalahan yang terkandung diatas, perlu kiranya mengkaji konsep dasar terlebih dahulu. Sudah sejak lama manusia mencoba mengkaji konsep belajar. Jhon Dewey misalnya (1916 dalam Davies, 1987 : 31) menekankan bahwa oleh karena belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan murid-murid untuk dirinya sendiri, maka inisiatif yang harus datang dari diri murid-murid sendiri. Guru adalah pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan perahu, tetapi tenaga untuk menggerakkan perahu tersebut haruslah berasal dari murid-murid yang belajar.
Sedangkan Gage dan Berliner secara sederhana mengungkapkan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya (Gage dan Berliner, 1984 : 252).
Dari batasan belajar yang dikemukakan oleh Dewey serta Gage dan Berliner, kita dapat menandai bahwa belajar merupakan suatu proses yang melibatkan manusia secara orang perorang sebagai satu kesatuan organisasisehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya. Dengan demikian, dalam belajar orang tidak mungkin melimpahkan tugas-tugas belajarnya kepada orang lain. Orang yang belajar adalah orang yang mengalami sendiri proses belajar.
Bertolak dari pemikiran-pemikiran yang dikemukakan oleh Dewey serta Gage dan Berliner, maka peningkatan penerapan CBSA merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi. Guru hendaknya tidak lagi mengajar sekedar sebagai kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa dalam konteks belajar bagaimana belajr mencari, menemukan, dan meresapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Dengan penerapan CBSA, siswa akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat disekitarnya.selain itu, siswa lebih terlatih untuk berprakarsa, berfikir secara teratur, kritis, tanggap, dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari, serta lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari, dan mengembangkan informasi yang bermakna baginya (Raka Joni, 1992 : 1).

2.3 Kadar CBSA dalam Pembelajaran
            Mc Keachie mengemukakan 7 (tujuh) dimensi proses pembelajaran yang
     mengakibatkan terjadinya kadar ke-CBSA. Adapun dimensi-dimensi yang dimaksud    
 adalah:
1.      Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran,
2.      Tekanan pada aspek afektif dalam belajar,
3.  Partisipasin siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antarsiswa,
4.      Kekohesifan (kekompakan) kelas sebagai kelompok,
5.  Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah, dan
6. Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah/pembejajaran.

Yamamoto meninjau ke-CBSA suatu proses pembelajaran dari segi kesadaran
siswa dan guru yang terlibat didalamnya. Maksudnya bahwa proses pembelajaran yang optimal terjadi apabila siswa yang belajar maupun guru yang membelajarkan memiliki kesadaran dan kesengajaan terlibat didalam proses pembelajaran. Kesadaran dan kesengajaan melibatkan diri dalam proses pembelajaran pada diri siswa dan guru akan dapat memunculkan berbagai interaksi pembelajaran.

2.4 Rambu-rambu Penyelenggaraan CBSA
Yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah gejala-gejala yang tampak
pada prilaku siswa dan guru baik dalam program maupun dalam proses pembelajaran.
Rambu-rambu yang dimaksud adalah :
1.      Kualitas dan kuantitas pengalaman yang membelajarkan,
2.   Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat, keinginan, dan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya,
3.      Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran,
4.      Usaha dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran,
5.      Keingintahuan yang ada pada diri siswa,
6.   Kuantitas dan kualitas usaha yang dilakuakan guru dalam membina dan mendorong keaktifan siswa,
7.      Kualitas guru sebagai inovator dan fasilitator,
8.      Sikap tingkat guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran,
9. Kuantitas dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan oleh guru dalam proses pembelajaran,
10.  Keterikatan guru terhadap program pembelajaran,
11.  Variasi interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran,
12.  Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar.


2.5 Pendekatan Keterampilan Proses sebagai bagian dari CBSA
1. Rasionalisasi Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pengajaran
            Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang
memungkinkan terjadinya belajar pada dirin siswa. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belajar, apabila terjadi proses perubahan prilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman.
            Dari jabaran kegiatan pembelajaran tersebut, maka dapat didefinisikan dua aspek penting yang ada dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Aspek pertama adalah aspek hasil belajar yakni perubahan perilaku pada diri siswa. Aspek kedua adalah aspek proses belajar yakni sejumlah pengalaman intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa.
2. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses dan Keterkaitan dengan CBSA
            Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan
pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.
3. Jenis-jenis Keterampilan dalam Keterampilan Proses
            Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan-
keterampilan tersebut terdiri dari tujuh keterampilan proses. Adapun tujuh keterampilan proses tersebut adalah mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan. Keterampilan-keterampilan tersebut saling bergantung, masing-masing menitikberatkan pada pengembangan suatu area keterampilan khusus.
4. Penerapan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran
            Penerapan PKP dalam pembelajaran bukan merupakan hal yang mengada-ada,
akan tetapi merupakan hal yang wajar dan harus dilaksanakan oleh setiap guru dalam pembelajarannya. Untuk dapat menerapkan PKP dalam pembelajaran, kita perlu mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran/bidang studi. Selain itu, kita perlu menyadari bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat terjadi pengembangan lebih dari satu macam proses keterampilan

2.6 Macam-macam Pendekatan Siswa
Pengorganisasian Siswa
1. Pembelajaran secara individual
            Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individual dapat ditinjau dari segi :
·         Tujuan pengajaran
·         Siswa sebagai subjek yang belajar
·         Guru sebagai pembelajar
·         Program pembelajaran, serta
·         Orientasi dan tekanan utama dalam pelaksanaan pembelajaran.
 2. Pembelajaran secara kelompok
    Dalam kegiatan belajar mengajar dikelas adakalanya guru
membentuk kelompok kecil. Kelompok tersebut umumnya terdiri dari 3-8 orang           siswa. Dalam kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau bimbingan kepada tiap     anggota kelompok lebih intensif.
3. Pembelajaran secara klasikal
             Pembelajaran klasikal merupakan kemampuan guru yang utama. Hal itu disebabkan  oleh pelajaran klasikal merupakan kegiatan mengajar yang tergolong efisien.

2.7 Posisi Guru-Siswa dalam Pengolahan Pesan
              Pembelajaran dengan Strategi Ekspositori
Model pengajaran ekspositori merupakan kegiatan pengajar
yang terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci
tentang bahan pengajaran. Tujuan utama pengajaran ekspositori adalah memindahkan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa.

Pembelajaran dengan Strategi Inkuiri
          Model inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Model pengajaran inkuiri juga merupakan pengajaran yang terpusat pada siswa. Dalam pengajaran ini siswa menjadi aktif belajar. Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah.

2.8 Kemampuan yang Akan Dicapai dalam Pembelajaran
            Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan
pembelajaran. Ada kesenjangan antra kemampuan pra-belajar dengan kemampuan yang akan dicapai. Kesenjangan tersebut dapat diatasi berkat belajar bahan ajaran tertentu. Pembelajaran tersebut menghasilkan suatu kegiatan belajar. Bagi siswa, kegiatan belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor untuk mencerna bahan ajara. Secara umumkegiatan belajar tersebut meliputi fase-fase :
·         Motivasi
·         Konsentrasi
·         Mengolah pesan
·         Menyimpan
·         Menggali
·         Prestasi
·         Umpan balik


2.9 BERBAGAI PENDEKATAN DALAM BELAJAR MENGAJAR
            Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan.
            Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru harus dengan iklas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar diri anak didik harus guru hilangkan dan bukan membiarkannya. Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.
            Dalam mengajar guru harus pandai menggunakan pendekatan. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaan, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran. Berikut, ada beberapa pendekatan agar dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
A. Pendekatan Individual
            Masing-masing anak didik memang mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya. Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Paling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini.
Misalnya, untuk menghentikan anak didik yang suka berbicara. Caranya dengan memindahkan salah satu anak didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup jauh.
B. Pendekatan Kelompok
            Pendekatan kelompok diperlukan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo socius. Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Dapat terjadi juga persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar optimal.
Misalnya, membuat kelompok diskusi agar anak didik mampu bekerja sama antara individu satu dengan lainnya dan mengembangkan keaktifan siswa.
C. Pendekatan Bervariasi
            Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Misalnya, siswa yang sering mengantuk dikelas dan siswa yang suka berbicara akan berbeda pemecahan masalnya.
D. Pendekatan Edukatif
            Pendekatan yang dilakukan guru harus bernilai edukatif yaitu setiap tindakan, sikap dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik agar dapat terbentuknya akhlak yang mulia.
Misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas berbunyi, anak-anak berbaris berbaris terlebih dahulu di depan pintu dengan dikoordinir ketua kelas, setelah semuanya rapi barulah siswa masuk satu persatu dan mencium tangan gurunya.
E. Pendekatan Keagamaan
            Pendekatan keagamaan dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip mengajar, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran umum.
Misalnya, guru selalu memperingatkan siswa untuk menjaga kebersihan karena dalam agama kebersihan itu adalah sebagian dari iman.
F. Pendekatan Kebermaknaan
            Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran,  pendapat, dan perasaan secara lisan maupun tulisan. Dalam pelajaran bahasa Inggris anak sering kali menghadapi masalah dalam belajar. Kegagalan penguasaan bahasa Inggris oleh siswa, salah satu sebabnya adalah kurang  tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Permasalahan ini perlu dipecahkan salah satunya dengan pendekatan kebermaknaan.
            Selain pendekatan diatas, ada lagi pendekatan-pendekatan lain. Berdasarkan kurikulum atau Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Pendidikan Agama Islam SLTP Tahun 1994 disebutkan 5 pendekatan, yaitu:
  1. Pendekatan Pengalaman
  2. Pendekatan Pembiasaan
  3. Pendekatan Emosional
  4. Pendekatan Rasional
  5. Pendekatan Fungsional






BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
            Pendekatan dalam belajar mengajar adalah suatu interaksi yang berlangsung dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk menggerakan dan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik, serta dapat diartikan pula sebagai suatu anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual emosional siswa dalam proses pembelajaran.
            Dalam belajar mengajar seorang guru harus menguasai berbagai pendekatan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan guru berinteraksi dengan anak didik dalam pengelolaan kelas terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik. Guru harus pandai menggunkan berbagai pendekatan secara arif dan bijksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik.

3.2     Kritik
            Masih banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka kami sebagai penyusun menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dari makalah ini.

3.3     Saran
            Untuk memajukan pemahaman dalam makalah pendekatan dalam pembelajaran yang efektif ini, kami rasa perlu memberikan saran kepada pembaca tentang subtansi ini. Mari kita perbaiki cara pendekatan dalam pembelajaran agar menjadi lebih efektif lagi.








DAFTAR PUSTAKA

Drs. Aswan Zain dkk, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Dr. Dimyati, Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag, Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
       Rineka Cipta, Jakarta.
Randy Pratama, 2012. Pelanggaran HAM. Diambil : 18 Mei 2012, dari : http://www.e-dukasi.net/index


           

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar