REVIEW
SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
DISUSUN
OLEH:
Nama : Eulis
Kurniati
Nim : 2011
133 353
Program Studi :
Geografi
Mata Uji :
Sosiologi Antropologi
Dosen Pengasuh : Drs. Emil El Faisal M. Si
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
DAFTAR ISI
Sampul
Halaman
Daftar Isi
BAB 1 INTERAKSI
SOSIAL…………………………………………………………...….1
BAB 2 KELOMPOK
SOSIAL……………………………………………………………..4
BAB 3 MASYARAKAT DESA DAN
MASYARAKAT KOTA……………………..….....7
BAB 4 TEORI – TEORI SOSIOLOGI…………………………………………….…….…10
BAB 5 KEBUDAYAAN……………………………………………………………….......13
BAB 6 MASYARAKAT……………………………………………………………….......17
BAB 7 PERUBAHAN MASYARAKAT DAN
KEBUDAYAAN…………………….....…19
BAB 8 KEBUDAYAAN DAN
LINGKUNGAN……………………………………...…...22
BAB 9 ANEKA WARNA
MASYARAKAT……………………………………….….......24
BAB 1
INTERAKSI SOSIAL
A.
Pengertian
Interaksi Sosial
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,
interaksi didefinisikan sebagai hal saling melakukan aksi, berhubungan atau
saling mempengaruhi. Dengan demikian, interaksi sosial adalah hubungan timbale
balik (social) berupa aksi saling mempengaruhi antara individu dan individu,
antara individu dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok. Berikut adalah
pengertian interaksi sosial menurut beberapa ahli :
a) Gilin
mengartikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antarindividu, individu dan kelompok, atau antarkelompok.
b) Menurut
Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing-masing
orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan
masing-masing perilaku mempengaruhi satu sama lain.
c) Adham
Nasution, interaksi sosial adalah hubungan timbal balik kelompok-kelompok dan
individu-individu saling berhubungan, yang merupakan bentuk aksi sosial, ialah
bentuk-bentuk yang nampak kalau kelompok-kelompok manusia atau orang perorangan
mengadakan hubungan satu sama lain.
d) Robert
M.Z.Lawang, mengemukakan definisi perubahan sosial, yaitu proses dimana dalam
suatu system sosial terdapat perbedaan yang dapat diukur yang terjadi dalam
satu kurun waktu tertentu.
Pengertian Interaksi sosial menurut
beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, interaksi sosial dapat
diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang
dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu
lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara
kelompok dengan individu.
B.
Macam
– Macam Interaksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003)
interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
- Interaksi
antara individu dan individu
Dalam
hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negative. Interaksi
positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif,
jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
- Interaksi
antara individu dan kelompok
Interaksi
ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negative. Bentuk interaksi
sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan kondisinya.
- Interaksi
sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi
sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak
pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu
proyek.
C. Faktor Dasar Terbentuknya Interaksi
Sosial
Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat
bersumber dari factor imitasi, sugesti, simpati, motivasi, identifikasi dan
empati.
- Imitasi
Atau
meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti
yang dilakukan oleh model dengan melibatkan alat indera sebagai penerima
rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari
rangsang dengan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik.
- Idenifikasi
Adalah
pemberian tanda-tanda pada golongan barang-barang atau sesuatu. Hal ini perlu
oleh karena tugas identifikasi ialah membedakan komponen-komponen yang satu
dengan yang lainnya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan.
- Sugesti
Adalah
rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain
sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir
kritis dan rasional.
- Motivasi
Yaitu
rangsangan pengaruh, stimulus yang diberikan antar masyarakat, sehingga orang
yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara
kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab.
- Simpati
Adalah
ketertarikan seseorang kepada orang lain sehingga mampu merasakan perasaan
orang lain tersebut.
- Empati
Hampir
sama dengan simpati, tetapi merupakan perasaan organism tubuh yang sangat
intens atau dalam.
D.
Ciri
– Ciri Interaksi Sosial
Menurut
tim Sosiologi (2002), ada empat ciir-ciri interaksi sosial, antara lain:
a)
Jumlah pelakunya lebih dari satu orang.
b)
Terjadinya komunikasi di antara pelaku
melalui kontak sosial.
c)
Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas.
d)
Dilaksanakan melalui suatu pola system
sosial tertentu.
E. Syarat – Syarat Terjadinya
Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002),
interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat yaitu :
- Kontak
sosial
Adalah
hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya
interaksi sosial, dan masing-masing pihak saling bereaksi antara satu dengan
yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
- Komunikasi
Artinya
berhubungan atau bergaul dengan orang lain melalui pembicaraan atau sikap.
BAB 2
KELOMPOK SOSIAL
A. Pengertian Kelompok Sosial
Kelompok
sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan
keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat.
Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya. Berikut pengertian
kelompok sosial menurut beberapa ahli :
a) Menurut
Soerjono Soekanto
Kelompok
sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan yang hidup bersama karena adanya
hubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi.
b) Menurut
Paul B. Horton dan Chaster L. Hunt
Kelompok
sosial adalah suatu kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya
dan saling berinteraksi.
c) Menurut
Hendro Puspito
Kelompok
sosial adalah suatu kumpulan nyata, teratur dan tetap dari individu – individu
yang melaksanakan peran – perannya secara berkaitan guna mencapai tujuan
bersama.
B. Macam – Macam
Kelompok Sosial
Menurut Robert Bierstedt,
kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi,
hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian
membagi kelompok menjadi empat macam:
1) Kelompok
statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi,
tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh:
Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuahkecamatan.
2) Kelompok
kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai
organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
3) Kelompok
sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan
satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh:
Kelompok pertemuan, kerabat.
4) Kelompok
asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada
persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para
anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan
organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.
C. Ciri-ciri Kelompok Sosial
1. Merupakan satuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kesatuan manusia yang
lain.
2. Memiliki struktur sosial, yang setiap anggotanya memiliki status dan peran
tertentu.
3. Memiliki norma-norma yang mengatur di antara hubungan para anggotanya.
4. Memiliki kepentingan bersama
5. Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya.
D. Dasar Pembentukan Kelompok Sosial
1. Faktor kepentingan yang sama (Common Interest)
2. Faktor darah / keturunan yang sama (common in cestry)
3. Faktor geografis
4. Factor daerah asal yang sama
E.
TIPE
– TIPE KELOMPOK SOSIAL
a. Klasifikasi Durkheim
1) Kelompok dengan solidaritas mekanik,
yang diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap.
2) Kelompok dengan solidaritas organik
merupakan bentuk solidaritas yang telah mengenal pembagian kerja. Bersifat
mengikat, sehingga unsur-unsur dalam masyarakat tersebut saling bergantung.
b. Klasifikasi Ferdinand
Tonnies
1) Gemeinschaft ( informal, mekanik,
primer).
2) Gesselschaft (formal/ yang punya
kepentingan tertentu, organic, sekunder).
c. Klasifikasi Charles A
Hooley& Ells W Farris
1) Kelompok primer yang ditandai dengan
pergaulan dan kerjasama tatap muka yang intim.
2) Dalam masyarakat juga terdapat
kelompok sekunder yang formal, tidak pribadi, dan berciri kelembagaan. Contoh :
Koperasi & parpol.
d. Klasifikasi W G Sumner
1) In group (kelompok dalam)
2) Out group (kelompok luar)
e. Klasifikasi Soerjono
Soekanto
1) Berdasarkan besar kecilnya jumlah
anggota
2) Berdasarkan pada kepentingan dan
wilayah
3) Berdasarkan derajat organisasi
4) Berdasarkan hubungan sosial dan
tujuan ( kelompok primer&sekunder)
BAB 3
MASYARAKAT DESA DAN KOTA
A. Pengertian
Masyarakat
dalam arti luas masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup
bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya.
Masyarakat harus mempunyai syarat-syarat berikut :
1. Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang
2. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama disuatu daerah tertentu
3. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju
pada kepentingan dan tujuan bersama.
a)
Masyarakat Pedesaan (masyarakat tradisional)
1) Menurut
Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai berikut: Desa adalah suatu kesatuan
hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.
2) Menurut
Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi,
politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan
dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
3) Dalam kamus sosiologi kata tradisional dari bahasa Inggris, Tradition artinya Adat istiadat dan kepercayaan yang turun menurun
dipelihara, dan ada beberapa pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa,
pengertian desa itu sendiri mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu
sama lain diantara unsur-unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai
standar dan pemelihara sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli
seperti tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian
dalam berpakaian, adat istiadat , kesenian kehidupan moral susila dan lain-lain
yang mempunyai ciri yang jelas.
Ciri – Ciri Masyarakat Desa:
Dalam buku Sosiologi karangan
Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan
masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri sebagai berikut
:
1)
Afektifitas ada hubungannya dengan
perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam
sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang
diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
2)
Orientasi kolektif sifat ini merupakan
konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak
suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya
semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
3)
Partikularisme pada dasarnya adalah
semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat
atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya
yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme).
4)
Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu
atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak
disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau
keturunan.(lawanya prestasi).
5)
Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang
tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang
dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk
menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat
terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari
luar.
b) Masyarakat Perkotaan
1) Menurut
Wirth. Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni
oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
2) Menurut
Max Weber. Kota menurutnya apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian
besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.
3) Menurut
Dwigth Sanderson. Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau
lebih.
4) Dari
beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar
yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan
komunitas tertentu dengan tingkatan dalam
struktur pemerintahan.
Ciri - Ciri Masyarakat
Perkotaan :
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
1)
Kehidupan keagamaannya berkurang,
kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung
kearah keduniaan saja.
2)
Orang kota pada umumnya dapat mengurus
dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada orang lain (Individualisme).
3)
Pembagian kerja diantara warga-warga
kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
4)
Kemungkinan-kemungkinan untuk
mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
5)
Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota,
mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu
yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang
individu.
6)
Perubahan-perubahan tampak nyata
dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh
dari luar.
B.
Perbedaan Antara Desa dan Kota
MASYARAKAT
DESA
|
MASYARAKAT
KOTA
|
Perilaku homogen
|
Perilaku heterogen
|
Perilaku yang
dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
|
Perilaku yang
dilandasi oleh konsep mengandalkan diri dan kelembagaan
|
Perilaku yang
berorientasi pada tradisi dan status
|
Perilaku yang
berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
|
Isolasi sosial
sehingga statik
|
Mobilitas sosial
sehingga dinamik
|
Kesatuan dan keutuhan
kultural
|
Kebauran dan
diversifikasi kultural
|
Banyak ritual dan
nilai – nilai sakral
|
Birokrasi fungsional
dan nilai – nilai sekural
|
Kolektivisme
|
Individualisme
|
BAB 4
TEORI – TEORI SOSIOLOGI
Dalam
sosiologi terdapat tiga macam paradigm yaitu fakta sosial, paradigm definisi
sosial, dan paradigm perilaku sosial.
Paradigma
adalah pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Paradigma membantu
merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang
mesti dijawab, bagaimana seharusnya menjawab serta aturan-aturan apa saja yang
harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka
menjawab persoalan-persoalan tersebut.
1) Struktural fungsional merupakan pendekatan pada teori sosiologis yang
mempelajari masyarakat sebagai unit-unit sosial yang relatif stabil dan terpola
serta penyesuaian bagian-bagian tersebut ke dalam sistem keseluruhan, melihat
masyarakat terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung dan berhubungan
dengan norma-norma yang mengarahkan peranan-peranan status, berbagai status itu
saling berhubungan sehingga membentuk lembaga-lembaga dalam masyarakat,
lembaga-lembaga itu juga saling tergantung.
Van den Berghe telah merangkum 7 ciri-ciri umum teori
struktural fungsional yakni:
a.Masyarakat
harus dianalisis selaku keseluruhan, selaku "sistem yang terdiri dari
bagian-bagian yang saling berhubungan".
b.Hubungan sebab dan akibatnya bersifat "jamak dan timbal balik".
c.Sistem sosial senantiasa berada dalam keadaan "keseimbangan
dinamis", penyesuaian terhadap kekuatan yang menimpa sistem menimbulkan
perubahan minimal di dalam sistem itu.
d.Integrasi sempurna tak pernah terwujud, setiap sistem mengalami ketegangan
dan penyimpangan namun cenderung dinetralisir melalui institusionalisasi.
e.Perubahan pada dasarnya berlangsung secara lambat lebih merupakan proses
penyesuaian ketimbang perubahan revolusioner.
f.Perubahan adalah hasil penyesuaian atas perubahan yang terjadi di luar
sistem, pertumbuhan melalui diferensiasi dan melalui penemuan-penemuan
internal.
g.Masyarakat terintegrasi melalui nilai-nilai bersama.
Teori menurut Talcott Parsons
Setiap sistem mempunyai empat fungsi memaksa:
a.Adaptasi artinya setiap sistem harus menghadapi dan harus berhasil
menyelesaikan masalah-masalah,
b.Pencapaian tujuan, tujuan adalah fungsi kepribadian
c.Integrasi, integrasi adalah fungsi sistem sosial dan
d.Pemeliharaan pola yang tersembunyi, pemeliharaan pola adalah fungsi kultur.
Pada tingkat sistem sosial, fungsi-fungsi ini secara berurutan berhubungan
dengan ekonomi, pemerintahan, hukum dan keluarga.
1)
Menurut Emile
Durkheim dalam teorinya
mengemukakan tentang fakta-fakta sosial. Beliau berasumsi umum yang paling
fundamental yang mendasari pendekatan dia terhadap sosiologi adalah bahwa
gejala sosial yang riil dan mempengaruhi individu serta perilaku yang berbeda
dari karakteristik psikologi, biologi atau karakteristik individu yang lain.
Fakta sosial menurut Durkheim memiliki karakteristik seperti, gejala sosial
bersifat eksternal, fakta memaksa individu dan fakta bersifat umum atau menyebar
secara luas dalam suatu masyarakat. Dapat di lihat dalam kehidupan masyarakat
yang ada di seluruh daerah, seperti anak tumbuh dalam sebuah keluarga, pertama
mereka akan memberikan pemikiran utama pada anak tersebut denagn demikian
terjadilah bahwa suatu keluarga merupakan suatu lembaga pendidik atau
agen dari pembentukan kepribadian pada anak yang merupakan tempat
mentransfer ilmu yang paling utama.
2)
Masih banyak teori sosiologi yang masih eksis dalam
kehidupan masyarakat, seperti
Auguste
Comte dikenal sebagai
bapak sosiologi, teorinya tentang pisitivisme dan hukum tiga tahap. Dapat di
temukan di dalam kehidupan suatu masyarakat, yang memiliki suatu pengetahuan
yang benar yang di dasari pada pengalaman aktual-fisikal dapat ditemukan pada
kalangan entelektual yang mempunyai pengetahuan. Yang akan menggunakan data
empiris untuk melakukan suatu penelitian dan kajian terhadap suatu fenomena
yang ada di masyarakat.
3)
Herbert Spenscer
teorinya tentang teori evolusi masyarakat dan lahirnya darwinisme sosial,
terdiri dari hukum evolusi, evolusi masyarakat, darwinisme dan perbedaan
masyarakat militer dan industri.
4)
Spencer (1820-1903).
Spencer lebih berpengaruh terhadap sosiologi Amerika awal dikarenakan Spencer
menulis dalam bahasa Inggris, sedangkn teoritisi lain tidak. Selain itu ia
menulis dalam pengertian nonteknis yang menyebabkan karyanya mudah diterima
oleh kalangan yang lebih luas. Teorinya bersifat menerangkan bagi masyarakat
yang tengan menjalani proses industrialisasi.
5)
George Homans
(1910-1989). Lahirnya teori pertukaran dan ia menggunakan pendekatan
behaviorisme paikologi Skinner. Ia menerbitkan buku Social Behavior: Its
Elementary Forms. Menurutnya jantung sosiologi terletak dalam studi interaksi
dan perilaku individual. Perhatian utamanya lebih tertuju pada pola-pola
penguatan (reinforcement), sejarah imbalan (reward), dan biaya (cost) yang
menyebabkan orang melakukan apa-apa yang mereka lakukan.
6)
Michael Foucault
(1926-1984). Ia memusatkan perhatian pada struktur, tetapi kemudian ia
beralih keluar struktur, memusatkan perhatian pada kekuasaan dan hubungan
antara pengetahuan dan kekuasaan.
Dalam
evolusi masyarakat merupakan organisasi semua gejala soaial diterangkan
berdasarkan suatu penentuan oleh hukum alam. Karena setiap masyarakat selalu
berkembang ke arah yang lebih maju, mempunyai struktur organisasi, dan
menciptakan pembagian atau perbedaan dalam hal pekerjaan dapat dilihat dalam
masyarakat industri seperti di kota Jakarta. dengan demikian masih banyak teori
sosiologi yang masih eksis dalam kehidupan masyarakat.
Dengan demikian berbagai fenomena yang terjadi di dalam
masyarakat dapat di diketahui melalui teori sosiologi klasik yang masih relevan
untuk di pelajari dan di kaji dalam kehidupan suatu masyarakat. Dalam suatu
masyarakat tersebut memiliki struktur sosial, stratifikasi sosial,
deferensiasi, pranata sosial, status dan peran sosial, nilai dan norma. Oleh
karena itu teori ini dapat di temukan dalam kehidupan masyarakat sebab suatu
teori merupakan hasil pemikiran seorang ahli atau pakar mengenai berbagai aspek
kehidupan dalam masyarakat.
BAB 5
KEBUDAYAAN
A.
Pengetian
Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal
dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culturejuga kadang diterjemahkan sebagai "kultur"
dalam bahasa Indonesia. Berikut pengertian kebudayaan menurut para ahli :
- Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
- Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi
ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
- Menurut
Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan
intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
- Menurut
Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat.
- Menurut
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
B.
Unsur
– Unsur Kebudayaan
Ada
beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1) Melville
J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
a. alat-alat
teknologi
b. sistem
ekonomi
c. keluarga
d. kekuasaan
politik
2) Bronislaw
Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
a. sistem
norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
b. organisasi
ekonomi
c. alat-alat
dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah
lembaga pendidikan utama)
d. organisasi
kekuatan (politik)
C.
Wujud
Kebudayaan
Menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
- Gagasan (Wujud Ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak;
tidak dapat diraba atau disentuh. Jika masyarakat tersebut menyatakan
gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal
itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga
masyarakat tersebut.
- Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut
dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret,
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.
- Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang
berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud
kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang
lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah
kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
D.
Komponen
Kebudayaan
Berdasarkan
wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli
antropologi Cateora, yaitu :
- Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,
konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat,
perhisalan, senjata, dan seterusnya.
- Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu
atau tarian tradisional.
- Lembaga social
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek
berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Contoh Di Indonesia pada
kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi
apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota
besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
- Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau
keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian
yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam
kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka
berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
- Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat,
drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat.
Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri.
Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan
kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif.
- Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap
walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam
ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami.
Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh
pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus
dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan
memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
BAB 6
MASYARAKAT
A.
Pengertian
Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah (society)
adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi
tertutup (atau semi terbuka), dimana dimana dimana sebagian besar interaksi
adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat
digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu
komunitas yang teratur. Berikut pengertian masyarakat menurut
para ahli:
- Menurut
Selo Sumardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.
- Menurut
Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau suatu perkembangan akibat adanya pertentangan
anatara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
- Menurut
Emile Durkheim, masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif
pribada-pribadi yang merupakan anggotanya.
- Menurut
Paul B. Horton dan C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang
relative mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal
di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan
sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia tersebut.
B.
Faktor
– Faktor Atau Unsur – Unsur Masyarakat
Menurut
Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsure sebagai berikut ini
:
- Beranggotakan
minimal dua orang
- Anggotanya
sadar sebagai satu kesatuan
- Berhubungan
dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling
berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat
- Menjadi
system hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu
sama lain sebagai anggota masyarakat
C.
Ciri
– Ciri Atau Kriteria Masyarakat Yang Baik
Menurut
Marion Levy diperlukan empat criteria yang harus dipenuhi agar sekumpulan
manusia bisa dikatakan atau disebut sebagai masyarakat yaitu :
- Ada
system tindakan utama
- Saling
setia pada system tindakan utama
- Mampu
bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota
- Sebagian
atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran atau reproduksi manusia
BAB 7
PERUBAHAN MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
A.
Pengertian
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola
budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum
yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat.
Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu
ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia
sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
B.
Faktor
– Faktor Perubahan Masyarakat Dan Kebudayaan
Manusia merupakan mahluk sosial yang
berarti tidak dapat hidup tanpa manusia lain. Inilah yang meletakkan manusia
sebagai mahluk paling mulia di dunia, karena selain memiliki pikiran dan
perasaan manusia juga diberi kehendak untuk mengembangkan diri dengan ditopang pemaksimalan pikiran dan perasaannya itu.
Dari masa ke masa, manusia
mengalami perubahan. Manusia hidup dalam suatu kelompok yang disebut sebagai
masyarakat. Dalam masyarakat, manusia mengaembangkan suatu kebiasaan-kebiasaan
yang bernilai luhur yang disebut sebagai kebudayaan. Seiring perjalanan waktu,
sekelompok manusia atau masyarakat ini pun ikut berkembang dan perkembangannya
itu juga mengembangkan kebudayaannya. Berikut
ini merupakan faktor-faktor dalam perubahan masyarakat dan kebudayaan.
- Perubahan
Sosialisasi
Proses
sosialisasi sebagai keseluruhan proses. Sejak dilahirkan hingga tumbuh dewasa
seseorang secara langsung maupun tidak telah membentuk sebuah proses
sosialisasi dalam dirinya. Dalam proses itu, individu belajar dari lingkungan sekitarnya
mengenai banyak hal tentang masyarakatnya, baik itu tentang norma-norma,
pendirian-pendirian, anggapan-anggapan, aturan-aturan, dan adat istiadat.
- Inovasi
Inovasi adalah suatu proses perubahan kebudayaan yang besar tetapi yang
terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlampau lama. Proses ini meliputi:
suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru tadi disebarkan ke
bagian lain dalam masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan baru tadi
diterima, dipelajari, dan akhirnya digunakan dalam masyarakat yang
bersangkutan.
- Migrasi
Migrasi adalah perpindahan dari suatu kelompok manusia dari satu tempat
tinggal ke tempat tinggal yang baru.
- Difusi
Difusi adalah proses penyebaran dari unsur-unsur kebudayaan dari satu
individu ke individu yang lain dan satu masyarakat ke masyarakat yang
lain.
- Asimilasi
Proses asimilasi adalah proses masyarakat yang timbul bila ada:
a. kelompok-kelompok
manusia yang berasal dari lingkungan-lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda.
b. individu-individu
dari kelompok-kelompok tadi saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu
yang cukup lama.
c. kebudayaan-kebudayaan
dari kelompok - kelompok tradi masing-masing berubah saling menyesuaikan diri
menjadi satu.
d. Akulturasi
Akulturasi akan timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan lain yang berbeda
sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun
diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri dengan tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri (asli).
C.
Bentuk
Perubahan Yang Terjadi
1. Perubahan lambat
Penduduk yang mengagung-agungkan
masyarakat masa lampau, nenek moyang dan terikat oleh tradisi dan
keagamaan akan berubah secara lambat dan terpaksa. Bila suatu kebudayaan secara
relatif tetap bersifat statis dalam jangka
waktu yang lama, maka orang-orang cenderung beranggapan bahwa kebudayaan
tersebut seharusnya tetap demikian seterusnya. Yang secara tidak sadar mereka
bersifat etrosentrisme.
2. Perubahan cepat
Masyarakat
yang berubah secara cepat dapat memahami perubahan sosial. Para anggota
masyarakatnya bersikap skeptis dan kritis terhadap beberapa bagian dari
kebudayaan tradisional mereka dan selalu berupaya melakukan
eksperimen-eksperiman baru.
a. Perubahan kecil dan perubahan besar
b. Perubahan yang dikehendaki (intended-change)
c. Perubahan yang tidak dikehendaki
Suatu
perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang
berasal dari luar masyarakat itu sendiri. Contohnya adalah pengaruh kebudayaan
masyarakat lain. Apabila sebab-sebab perubahan bersumber pada masyarakat lain,
maka itu mungkin terjadi karena kebudayaan dari masyarakat lain melancarkan
pengaruhnya. Hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat
mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal balik. Artinya,
masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga menerima
pengaruh dari masyarakat yang lain.
Namun
apabila hubungan tersebut berjalan melalui alat komunikasi massa, maka ada
kemungkinan pengaruh itu hanya datang dari satu pihak, sedangkan pihak lain
hanya menerima pengaruh tanpa mempunyai kesempatan memberikan pengaruh balik.
Di dalam
suatu pertemuan dua kebudayaan tidak akan selalu terjadi proses saling
mempengaruhi. Kadangkala pertemuan-pertamuan kebudayaan akan saling
tolak-menolak(cultural animosity).
BAB 8
KEBUDAYAAN DAN LINGKUNGAN
A.
Pengertian
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak.
Lingkungan
hidup adalah suatu konsep holistik yang berwujud di bumi ini dalam
bentuk,susunan, dan fungsi interaktif antara semua pengada baik yang insani
(biotik) maupunyang ragawi (abiotik). Keduanya saling mempengaruhi dan
menentukan, baik bentuk danperwujudan bumi di mana berlangsungnya kehidupan
yaitu biosfir maupun bentuk danperwujudan dari kehidupan itu sendiri, seperti
yang disebutkan dalam hipotesa Gaia.Lingkungan hidup yang dimaksud tersebut
tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, olehkarena itu yang dimaksud dengan
lingkungan hidup adalah lingkungan hidup manusia.
B. Tipe-Tipe Lingkungan (Types of
Environment)
Seperti telah dikemukakan pada
bagian terdahulu, bahwa lingkungan tidak sebatas apa yang disebut physical-setting, tetapi melintas batas-batas
keragaman pengalaman dan penampilan manusia (different of human experience and
performance). Oleh karena itu, konsep lingkungan atau environment dipilah ke
dalam tiga rumusan, yaitu
(1) potential environment (lingkungan potensial)
Lingkungan potensial mencakup semua
komponen lingkungan baik fisikal maupun
kultural; semua komponen ini adaiah nyata (real) bagi manusia meskipun hal itu
tidak disadarinya, sebagai misal sejumlah warisan biologis yang berpengaruh terhadap
keberadaan dan perilaku manusia. Kawasan hutan, daerah aliran sungai, danan,
laut, gunung dan lembah;semuanya adaiah beberapa contoh dari komponen-komponen
lingkungan potensial.
(2) effective or operational environment
(lingkungan operasional atau lingkungan di mana unsur-unsurnya siap dioperasikan
atau di gunakan)
lingkungan efektif atau operasional adalah
lingkungan yang mencakup semua komponen yang
menopang sejumlah situasi
dan aktivitas manusia. Sebagai
contoh kawasan pemukiman dan segenap fasilitas serta pelayanan baik yang
membentuk suatu kawasan yang disebut perkotaan maupun yang disebut pedesaan.
(3)
perceptual (Environment)
lingkungan perseptual.
lingkungan perceptual, yang diartikan
juga sebagai lingkungan perilaku yang didorongkan secara luas oleh
pola-pola perilaku individual
yang berpangkal pada fungsi pendidikan (belajar) dan fungsi
pengalaman dari individu yang bersangkutan.
BAB 9
ANEKA WARNA MASYARAKAT
Konsep Suku Bangsa
Kelompok etnik atau suku bangsa
adalah suatu golongan manusia yang
anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya
berdasarkan garis
keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun
ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok
tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama,perilaku atau
ciri-ciri biologis.
Menurut pertemuan internasional
tentang tantangan-tantangan dalam mengukur dunia etnis pada tahun 1992,
“Etnisitas adalah sebuah faktor fundamental dalam kehidupanmanusia.
Ini adalah sebuah gejala yang terkandung dalam pengalaman manusia”. Meskipun
definisi ini seringkali mudah diubah-ubah. Yang lain, seperti
antropolog Fredrik
Barth dan Eric Wolf,
menganggap etnisitas sebagai hasil interaksi dan bukan sifat-sifat hakiki sebuah
kelompok.
Proses-proses yang melahirkan
identifikasi seperti itu disebutetnogenesis.
Secara keseluruhan, para anggota dari sebuah kelompok suku bangsa mengklaim
kesinambungan budaya melintasi
waktu, meskipun para sejarawan danantropolog telah
mendokumentasikan bahwa banyak dari nilai-nilai, praktik-praktik, dan
norma-norma yang dianggap menunjukkan kesinambungan dengan masa lalu itu pada
dasarnya adalah temuan yang relatif baru
Anggota suatu suku bangsa pada
umumnya ditentukan menurut garis keturunan ayah(patrilinial) seperti
suku bangsa Batak,
menurut garis keturunan ibu (matrilineal) seperti
suku Minang,
atau menurut keduanya seperti suku Jawa.
Adapula yang menentukan berdasarkan
percampuran ras seperti
sebutan “orang peranakan” untuk campuran bangsa Melayu dengan
Tionghoa, “orang Indo”
sebutan campuran bule dengan
bangsa Melayu, “orang Mestis” untuk campuran Hispanik dengan bumiputera,
“orang Mulato” campuran ras Negro dengan
ras Kaukasoid, Eurosia, dan sebagainya. Adapula ditentukan menurut agamanya,
sebutan Melayu di Malaysia untuk orang bumiputera yang muslim, orang Serani
bagi yang beragama Nasrani (peranakan Portugis seperti orang Tugu), suku Muslim
di Bosnia, orang Moro atau
Bangsamoro di Filipina
Selatan, dan sebagainya.
Suku bangsa adalah suatu golongan
manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan.
Menurut para ahli antropologi selain meneliti besar-kecilnya jumlah penduduk
dalam kesatuan masyarakat suku bangsa, mereka juga membedakan kesatuan
masyarakat suku-suku bangsa di dunia. Berdasarkan atas kriteria mata
pencaharian dan sistem ekonomi, yaitu:
a.
Masyarakat Pemburu dan Peramu (Hunting and Gathering Societies)
b.
Masyarakat Peternak (Pastoral societies)
c.
Masyarakat Peladang (Societies of Shifting Cultivators)
d.
Masyarakat Nelayan (Fishing Communities)
e.
Masyarakat Petani Pedesaan (Peasant Communities)
f.
Masyarakat Perkotaan Kompleks (Complex Urban Societies)